Film Dokumenter Terbaik FFP 2023 |
Ketua Dewan Juri Kompetisi Film Dokumenter FFP 2023, Daniel Rudi Haryanto, menyatakan, delapan film yang dinilai dewan juri memberi kejutan bahwa para pelajar yang tempil dalam kompetisi ini mampu menggali ide yang cukup kreatif. Menurut Rudi, “Film Dalan Ruwag” mampu menuturkan secara jernih problematika kehidupan di balik pencitraan birokrasi terkait perbaikan infrastruktur. Karena itulah para juri yang terdiri dari Arif Hidayat, Maryono, dan Rudi sendiri memberi perhatian lebih pada karya tersebut.
Kata Rudi, "Para pembuat film dokumenter di Purbalingga dan sekitarnya yang masih pelajar itu, mampu menempatkan film dokumenter pada posisi yang tepat. Ia menjadi kontrol terhadap kekuasaan yang korup dengan pencitraan yang sistematis membohongi rakyat. Itu yang jarang terjadi pada filmmaker dokumenter hari ini yang seringkali memuja kekuasaan dan sponsor. Ini membuat saya (dan para juri lainnyaa) terharu," ujar Rudi.
Pada kategori fiksi, para juri yang terdiri dari Arie Kartikasari, Dr. Wiwik Novianti, dan Widi Purnama melihat kemampuan para pembuat film yang masih berstatus pelajar tersebut berhasil mengangkat isu keluarga dengan kemasan yang cukup apik.
”(Sajian mereka sangat) menarik, dimana konflik serta keputusan besar menyangkut masa depan keluarga diputuskan di meja makan,” papar Arie.
Para Jawara FFP 2023 |
Begitu didapuk sebagai sutradara terbaik, Vebita Saputri melonjak girang. Dirinya merasa senang dan tidak menyangka film dokumenternya dinobatkan menjadi yang terbaik.
”Senang dan tidak menyangka, karena film dokumenter dari sekolah lain kan bagus-bagus. Ke depan jadi ingin terus membuat film,” ujar pelajar kelas XI jurusan Desain Komunikasi Visual itu.
Begitu pun Oliv yang dinobatkan sebagai sutradara terbaik kategori fiksi. Ia mrasa sangat seneng film arahannya menjadi yang terbaik.
“Saya merasa bersyukur dana sangat senang karena kerja keras saya dan teman-teman selama beberapa bulan tidak sia-sia. Semoga ini jadi pemicu terutama bagi adik-adik kelas agar mampu mempertahankan gelar di FFP,” ujar pelajar kelas XI jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi itu.
Pada kategori Film Favorit Penonton, untuk fiksi pendek maupun dokumenter pendek keduanya diraih Kafiana Production SMK YPLP Perwira Purbalingga. Film fiksi berjudul ”Percakapan Hampa” sutradara Feby Dwi Setyani dan film dokumenter ”Penjahit Terakhir” sutradara Desti Suci Cahyani.
Dua penghargaan yang tak kalah penting yaitu penghargaan ”Lintang Kemukus”. Penghargaan ini diberikan kepada individu maupun kelompok yang secara nyata berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan di Banyumas Raya dalam berbagai aktivitasnya.
Trofy FFP 2023 |
Penghargaan “Lintang Kemukus” tradisi diberikan kepada almarhum Rasadi Kresek, seniman asal Banjarnegara. Sementara ”Lintang Kemukus” modern dipersembahkan bagi almarhum Insan Indah Pribadi, pegiat perfilman dan budayawan asli Cilacap.
Melihat penyelenggaraan festival ini, Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Gunawan Pagaru mengatakan bahwa menurutnya FFP adalah festival film yang sesungguhnya karena tidak sekedar menggelar kompetisi tetapi ada banyak program di luar it yang memberi banyak manfaat bagi masyarakat khusunya para pecinta film.
Bowo Leksono, Inisiator FFP |
“Artinya, FFP mengembalikan fungsi film sebagai media untuk kepentingan pengembangan kebudayaan,” ucapnya.
Untuk menyemarakkan suasana Malam Anugerah FFP menampilkan pementasan seni tradisi Dhames, kesenian yang menjadi tema poster FFP 2023. Hadir juga Grup Band Mastri yang digemari masyarakat setempat. **